Harga Cabe Merah ‘Galbas’ Rp3000 Per Kilo
Dairinews.com-Sidikalang
Harga cabe merah terpuruk berkepanjangan. Galbas… Pedagang pengumpul di Simpang Epat Jalan Sisingamangaraja Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara mengaku boru Simbolon Sabtu (24/06/2017) menerangkan, harga beli dari petani Rp3000 per kologram.
“Tolu ribu ma sakilo ni tuhor sia dongan pangula” kata boru Simbolon. Sementara harga beli cabe rawit Rp12 ribu. Perempuan itu tak bersedia menyebut nama namun mengaku berasal dari Sigalingging. Pagi itu, dia tampak mengumpulkan beberapa karung cabe. Pemilik bahan rempah tersebut datang menyerahkan hasil taninya.
Sementara itu, harga jual di Pasar Induk Sidikalang bervariasi antara Rp12.000 sampai 15.000. Pengecer di Blok D menyebut, dia menjual Rp12 ribu sedang si Tanjung mengatakan, menjajakan Rp15 ribu. Memang pasaran tidak menentu, kata si Tanjung. Pengecer lainnya, Arta Panjaitan menyebutm idealnya minimal Rp20 ribu agar petani memperoleh sedikit profit.
“Asi roha mangida pangula. Nungnga marbulan-bulan sai lalap mura argana. Hape modal marsuan tung balga” kata Arta beralamat di Kalang Baru.
Anggota fraksi Partai Amanat Nasional, Carles Ginting mengatakan, visi Pemerintah Kabupaten Dairi yakni membangun agribisnis yang berdaya saing masih jauh dari harapan. Ketika harga terpuruk, pemerintah daerah tak melakukan upaya apa-apa. Bukan hanya cabe, ragam komoditas tersungkur tanpa ada solusi. Terparah, bantuan benih jagung unggul tahun 2016 di Kecamatan Tigalingga sebagian besar berujung merugikan. Sebab, tanaman tidak tunmbuh normal. Banyak kerdil.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPRD Togar Pasaribu. Pemerintah cenderung masih orientasi proyek berupa bagi-bagi bibit. Menurutnya, belum pernah ada evaluasi, apakah pemberian bantuan terbukti meningkatkan kesejahteraan petani. Masyarakat paling menantikan terobosan pasar. Kalau bikin produksi, petani punya pengalaman mapan.
Agribisnis berdaya saing masih sebatas slogan. Hingga menjelang akhir periode kedua kepemimpinan Johnny Sitohang-Irwansyah Pasi, belumk tertengok tanda-tanda realisasi. Bahkan, pemerintah terkesan tertinggal. Terbukti, petani mengembangkan jeruk manis bukanlah atas inovasi dan motivasi pemerintah. Sebaliknya, tak ada langkah pemerintah mempertahankan Kopi Sidikalang sebagai komoditas unggulan.
Pemerintah harus berani memberi prediksi harga pada bulan tertentu. Dengan begitu, musim tanam bisa ditata. Faktanya, petani membudidayakan tanaman mirip main judi. Nasib-nasiban, untung-untungan. Kalau rugi, nangis sendiri. (D01)