Pora-Pora dan Mujahir Kian Punah di Tao Toba

Dairinews-Silalahi
Ikan pora-pora, siburissak dan mujahir kian punah di Tao (Danau) Toba di Desa Silalahi dan Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi Sumatera Utara.

Tahan Sidebang (49) penduduk Huta Bolon Desa Paropo mengatakan, krisis ikan sudah berlangsung selama setahun. Kalau dulu, selain mengandalkan hasil tani bawang merah, masyarakat juga memperoleh penghasilan tambahan dari hasil jaring ikan. Pasang bubu atau doton di pagi hari, sore tinggal panen.

Sekarang, kondisi itu hilang. Jangankan untuk dijual, buat makan sendiri saja payah. Kata Tahan. Hal senada disampaikan Rencon Sidabariba gelar Oppu Jonathan. Warga sangat kewalahan mencari ikan segar. Terpaksa beli dari pengusaha keramba jaring apung (KJA). Biaya hidup keluarga pun bertambah.

Hermina boru Simarmata gelar Omak Hendrik (50), Lenceria boru Haloho gelar Omak Selpi dan Oppu Lopando boru Tanggang tinggal di Jalan Siharakkan Desa Paropo menyebut, mereka sangat merindukan nuansa terdahulu. Sepengetahuan mereka, ikan asli pora-pora, mujahir dan siburissak ludes ditelan ikan Indosiar. Ketika ikan Indosiar dibelah, kerap ditemukan telur dan anakan di dalam perut.

Kalau boleh, mendingan ikan Indosiar dihilangkan. Selanjutnya, ketiga ikan tadi dibiakkan lagi melalui tabur benih. Dari sisi ekonomi, nilai ketiganya jauh lebih menguntungkan.

“Tumagon ma dipasuda ikan Indosiar i. Gabe dang mangallang dekke be hami. Tarhona jualon, pangananon pe dang adong. Siburissak pe dang haluluan di topi tao. Holan gulamo nama ni allang’ kata boru Simarmata. Molo na jolo, boi do hami mangarsik ikan jahir dohot siburissak. Tabo tumang, ujar boru Simarmata lagi. Kalau tamu datang, pasti disuguhkan menu khas masakan Batak.

Pantauan wartawan, jumlah pemancing ke Danau Toba di Silalahi-Paropo kian berkurang belakangan ini. Biasanya, kursi bambu berkonstruksi darurat di tepi pantai dipadati para pria untuk mengambil ikan di alam bebas. (D01)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.