Leges Simbolon Natalan Tanpa Alas Kaki
Dairinews.com-Sidikalang
Inilah mukjijat Tuhan. Di sela kemeriahan dan lantunan kidung pujian berthema natal, hati umat kristiani diketuk berbagi kasih. Dan ternyata, mereka memang peduli. Natal Sianturi boru bere dan ibebere Sidikalang sekitarnya, terasa mencatatkan kesan istimewa. Kaum marginal menjadi perhatian.
Agenda dilaksanakan di Sopo Godang HKBP Jalan Gereja Sidikalang Kabupaten dairi Sumatera Utara –diawali prosesi dipandu Pendeta Parsaoran Siantur, i Selasa (19/12/2017) malam. 1000 lebih jemaat mengikuti acara kerohanian tersebut.
Di luar dugaan, Leges Simbolon siswa SD kelas 3 beralamat di Desa Kuta Tengah Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Sumatera Utara mendapat atensi khusus di sela kesederhanaannya.
Itu terjadi saat Leges dan puluhan pelajar sekolah dasar diminta pemandu acara, dr Daniel Halomoan Sianturi tampil ke depan menyampaikan ayat suci sebagaimana tertulis dalam alkitab. Tanpa beban, Leges berdiri mengenakan kaos warna hitam relatif kumal. Dia maju tanpa alas kaki — tanpa sandal atau sepatu. Keberadaannya, benar-benar berbeda dibanding teman sebaya.
Ketua Panitia, Josua Sianturi didampingi Seksi Humas Jubel Sianturi mengatakan, hadirin mendadak iba begitu menengok Leges. Spontan saja, kalangan berekonomi lumayan menyatakan bantuan. Diantaranya menyediakan seragam sekolah, sepatu dan pakaian.
Saat ditanya, kata Josua, diketahui bahwa Leges adalah anak yatim piatu. Dang adong be inong dohot among na. Dia datang bersama neneknya. Posisi di komunitas Sianturi adalah ibebere.
Menurut Josua, Depriwanto Sitohang putra Bupati Johnny Sitohang menyatakan, Leges menjadi anak asuh. Biaya pendidikan hingga SMA ditanggung Depri. Pasca perayaan, tambah Josua, beberapa warga mendatangi kediaman Leges guna menyampaikan ragam uluran. Ini kebersamaan yang mengharukan.
Josua menambahkan, perayaan natal ditujukan guna mempererat rasa persaudaraan. Dan itu dapat dilihat dari sikap antusias terhadap Leges. Diterangkan, perayaan itu sempat terhenti sejak tahun 2007. Kerinduan masing-masing individu untuk berkumpul mendorong mereka membentuk kepanitia. Kegiatan itu diprakarsai para pemuda. Para pemuka sepakat, murni menjalin kekerabatan tanpa muatan politis.
Pendeta Parsaoran Sianturi kembali mengingatkan pentingnya menjalin rasa persaudaraan dan kasih. Ke depan, harus lebih kompak lagi. Solidaritas dan harmoni ini adalah contoh pada generasi penerus.
Acara diisi penyalaan api lilin dari Pendeta Pasaoran kepada Josua, Jubel, Dumasi boru Sianturi, Depriwanto Sitohang. Tanda penerang itu diteruskan kepada umat sembari menyanyikan lagu ‘malam kudus’.
Selain rangkaian liturgi, para talenta muda didaulat membawakan syair pujian. Diantaranya dilantunkan Ina Sianturi, Josin Ananda Sianturi, Renata Theresia Lumbantoruan, Polin Sianturi. Penyelenggara menetapkan thema ‘ida ma, denggan na i dohot sonang na i, molo tung pungu sahundulan angka na marhaha anggi sebagaimana dikutip dari Pesalmen 133 ayat 1.(D01)