Kantor Tak Punya Laptop, Panwaslu Ngetik ke Warnet
Dairinew.com-Sidikalang
Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) di tingkat kecamatan Kabupaten Dairi Sumatera Utara mengeluhkan problema keuangan. Sejak dilantik medio Oktober 2017, biaya operasional tak kunjung cair hingga Januari 2018 ini. Oda lot kepeng…
“Kami terpaksa ngutang ke toko untuk mendapatkan alat tulis. Terkadang, ngetik ke warnet lantaran laptop belum punya. Ada juga pemilik rumah sudah bolak-balik menagih sewa menyusul kontrak kantor tak kunjung tertutupi. Janji kami, segera dilunasi tetapi sampai sekarang, uang belum turun. Masih pakai panjar” kata Ketua Panwaslu minta namanya tidak ditulis dihubungi melalui telepon selluler, Selasa (16/01/2018).
Sumber menyebut, tidak maksimal menjalankan tugas. Bagaimana bekerja kalau peralatan kantor tak tersedia? Terkadang, sumber mengungkap, minjam uang dari istri. Kadang kala, terpaksa pakai laptop pribadi, lalu mau cetak file bikin bon lagi ke toko. Inilah kondisinya.
Salah satu hal menyedihkan, tenaga sekretariat Panwaslu non PNS belum pernah mencicipi uang lelah. Setiap hari mandi, bersih-bersih dan berpakaian rapi ala kantoran. Tapi ongkos pun ngutang. Keluarga tentu berharap upah disetor ke rumah. Namun, harapan itu masih tinggal harapan. Belum tahu kapan direalisasi.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jadi Berutu membenarkan, persoalan keuangan juga terjadi di sekretariat kabupaten. Bukan hanya di tingkat kecamatan. Itu dampak pengunduran diri Kepala Sekretariat Yanti Nainggolan bersama bendahara pengeluaran Siryawan Kaloko dan bendahara pembantu Marihot Herianto.
Dibenarkan, Bawaslu Sumut sudah menyetujui pengunduran diri ketiganya per Januari 2018. Dalam waktu dekat, Bupati akan mengirim pengganti. Dia berpendapat, pengunduran tersebut terkait ketidakmampuan dan lingkungan kerja.
Walau tanpa kucuran biaya, kegiatan masih bisa berjalan. Diantaranya verifikasi faktual partai politik dan verifikasi bakal pasangan calon Bupati/Wakil Bupati dari jalur perseorangan.
Dia membantah kepemimpinannya arrogan. Pun demikian, diakui bahwa dirinya pernah mengeluarkan anggota Panwaslu dari ruangan lantaran tidak pakai batik.
“Memang saya pernah menyuruh keluar anggota Panwaslu dari ruangan. Sebab, diundangan sudah tertulis bahwa peserta pakai batik. Kalau itu dianggap arrogan, saya merasa tidak” kata Jadi.
Yanti membenarkan menyampaikan pengunduran per Oktober 2017. Ditanya tentang alasan, mantan Kepala Seksi di Bagian Humas Setda Dairi itu menyebut, sesuai dengan apa yang ditulis.
Terpisah, Ketua Panwaslu Kecamatan mensinyalir, kepemimpinan Jadi arogan. Dia pernah membentak anggota Panwaslu padahal petugas tersebut sudah ada yang tua dan purna bhakti PNS. Kadang, mereka diperlakukan seperti murid. (D01)