Kata Direktur, Pasien tak Bersedia Dirujuk Tapi Ambulance Disediakan
Kasus Ramayana Sidauruk Meninggal
Dairinews.co-Sidikalang
Direktur Rumah Sakit Umum Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara, dr Henry Manik membenarkan, dokter spesialis kebidanan kosong saat pasien Ramayana Sidauruk (sebelumnya ditulis Ramayana Manihuruk) masuk, Minggu (15/04/2018) malam. Tenaga medis tersebut diwajibkan masuk Senin-Sabtu.
“Bukan saya bilang tidak boleh sakit hari Minggu” kata Henry didampingi Tata Usaha Lilis, Kepala Bidang Pelayanan Medis dr Erna Marpaung dan dr Bonar Sinaga SPOG dan lainnya.
Diakui, meninggalnya Ramayana (32) punya hubungan dengan kekosongan SPOG. Andaikan petugas berada di RSU, pasien dipastikan bisa menjalani pesalinan.
Menurutnya, Ramayana tiba dalam kondisi kurang baik didampingi bidan. Seterusnya ditangani dr Jhonson Wijaya dan perawat. Pasien diberi infus dan ogsigen.
Selanjutnya, perawat melakukan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan by phone. Memang tidak selamanya dokter spesialis harus berada di tempat. Dimana-mana seperti itu.
Perawat sudah meminta kesediaan keluarga agar pasien dirujuk ke Kabanjahe. Sebab, kalau menunggu kedatangan dokter, dirasa terlalu lama. Memang, saat itu ambulan milik RSU lagi berangkat. Solusinya, diminta armada warga. Tak lama berselang, sudah menunggu. Namun, tawaran itu ditolak suami Ramaya, Tulus Sihombing.
Bonar menyebut, kala itu dia berada di Medan. Keluarga saya di Medan. Sedang rekan kerja Saut Simanjuntak juga di luar kota.
Bonar membenarkan, menerima insentif Rp20 juta per bulan. Baginya angka itu belum kategori besar.
Terpisah, Tulus menandaskan, dokter dan ambulance kosong. Penanganan dilakukan perawat. Menurutnya, perawat mengajukan rujukan. Dia setuju istri dirujuk. Ditandaskan, Ramayana dalam kondisi sehat dibawa dari rumah di Desa Lumbantoruan Kecamatan Lae Parira. Turun dari mobil juga masih jalan.
“Songon dia na mambahen denggan, olo do ahu disi: kata Tulus mengulangi pembicaraan ke perawat. Namun, petugas memintanya menyediakan ambulace lantaran punya rumah sakit sedang kosong.
Dalam situasi poning, Tulus pergi mencari tumpangan. Ketika melintas di jalan Batu Kapur, ibunya boru Siahaan mengabarkan lewat telepon bahwa istrinya sudah wafat.
“Unang pola lului be motor i. Nungnga monding be” kata Tulus. Dibenarkan, dia menandatangani surat di kertas putih. Seingatnya berisikan setuju dirujuk.
“Kalau tak setuju dirujuk, buat apa cari ambulance?” tegasnya. Dia tetap pada satu pertanyaan, dokternya dimana? Ada rumah sakit tetapi dokter kosong. (D01)