Pilkada Damai Berlandaskan Nilai Agama

Oleh: Songli Tatajo Lingga.

29 hari ke depan kita akan melaksanakan perhelatan 5 tahunan dalam agenda pesta Demokrasi. Ajang yang pada hakikatnya untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan Pembangunan  kemudian menuangkannya kedalam visi misi yang baru dan bukan sekedar ajang pergantian estafet kepemimpinan (penguasa, red).

27 Juni 2018 menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat daerah yang mengikuti pilkada serentak di tahun ini. Kabupaten Dairi menjadi salah satu peserta pilkada dimaksud. Pasangan   calon ‘menjajakan” visi dan misi lalu berharap hati masyar akat terpikat dan pada akhirnya memilihnya di hari H.

Terlepas dari bagimana strategi yang dimainkan kandidat ,   selagi menurut aturan mainnya sah — silahkan bermain dengan penuh keberadaban.

Yang ingin saya katakan dan perlu digaris bawahi  masyarakat Dairi termasuk paslon, bahwa Dairi adalah rumah kita bersama. Rumah yang mana penghuninya terdiri dari berbagai macam agama, suku (etnis), ras dan latar belakang yang berbeda-beda atau istilah terkini disebut dalam  pluralitas.

Maka dari itu masyarakat Dairi yang sudah sejak lama tinggal dan hidup berdampingan dengan kemajemukan tersebut tidak ingin terganggu oleh apa pun itu sebabnya. Tidak ingin terpecah belah, tidak ingin saling benci, tidak ingin saling hujat antar penghuni rumah yang sama.

Substansi  terpenting itu adalah bagaimana persatuan menghadirkan kedamaian. Siapapun pemimpin,  goalnya adalah naungan kedamaian bagi seluruh masyarakat yang dipimpin.

Sejak 2 bulan menjelang hari pelaksanaan pemungutan suara berlangsung, ada beberapa momentum sakral mengingatkan kita seputar ‘tujuan hidup’ menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Momen itu ialah peringatan keagamaan yang senantiasa kita jadikan untuk mengasah kualitas spritual.Yakni   perayaan kenaikan Isa Almasih bagi umat kristiani per 10 Mei, bulan Suci Ramadhan bagi umat Islam dimulai 15 Mei 2018.  Selanjutnya perayaan Waisak bagi umat Budha, hari ini.

Proses tahapan kampanye merupakan blue print dari hasil yang akan dicapai nanti. Tatkala proses itu berjalan dengan  baik maka out put dan out come  didamba memberi buah  baik. Dan,  demikian sebaliknya.

Di masa injury time ini, mari kita maksimalkan penghayatan spritual kita. Terkhusus bagi umat Islam, momentum Ramadhan kali ini menjadi kunci sukses bagi kita melewati proses demokrasi yang hakiki. Jangan sampai agenda politik ini mengurangi hikmah dan pahala ibadah.

Umat Islam yang sedang menjalankan ibadah diharap  mampu menjadi  penyejuk, penyeimbang, perekat dan pemersatu kala  tensi politik memanas. Melalui keteladanan menularkan sifat-sifat mulia. (Penulis,  mahasiswa pasca sarjana PWD USU 2017)

 

 

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.