Petani Kecewa ke Bupati, Kekosongan Pupuk Subsidi Belum Teratasi

Dairinews.co-Sidikalang

Petani beralamat di Desa Harapan Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi Sumatera Utara, Roy Marthin Tarigan (26), Minggu (06/10/2019) mengatakan, kecewa kepada Bupati.

Kekosongan pupuk bersubsidi masih berkepanjangan.  Belum teratasi. Bagaimana mau sejahterakan rakyat kalau pupuk subsidi kosong? Petani bukan minta gratis..tetap bayar,  tetapi barangnya tak ada, kata Roy.

“Tahun 2018 dan sebelumnya, tak ada masalah pupuk. Selalu tersedia. Baru tahun ini terjadi” ujar Roy.

Roy menyebut, mengusahai lahan jagung seluas 1,5 hektar. Pupuk urea dan ponska dibutuhkan sebanyak 10 sak masing-masing 5 sak sekali penaburan. Saat ini, tanaman lagi membutuhkan pasokan sumber hara.

Dulunya, urea dibeli di kios seharga Rp120 ribu per sak dan ponska Rp130 ribu.

Diutarakan, memakai pupuk non subsidi dirasa terlalu mahal. NPK produk impor rata-rata di atas Rp400 ribu.

Ditambahkan, pihaknya juga kesulitan mendapatkan bibit jagung unggul. Di Kecamatan Tanah Pinem, sepertinya payah diperoleh. Terpaksa belanja ke Tigalingga. Itupun mesti pesan jauh-jauh hari.

Keluhan serupa juga disampaikan Irmawaty boru Situmorang (34) beralamat di Dusun Huta Ginjang Desa Lau Sireme Kecamatan Tigalingga.

“Sudah lama pupuk subsidi kosong. Kalau pakai non subsidi harganya  melambung tak sebanding penjualan panen” ucapnya.

Pun begitu, petani terpaksa  menggunakan  produk non subsidi. Sepengetahuannya urea Rp280 ribu dan KCl Rp400 ribuan. Ini  berdampak pada berkurangnya keuntungan.

Direktur PT Martadiguna, Ramli Simatupang, distributor pupuk produksi PT Petrokimia Gresik dan Iskandar Muda menandaskan, tidak ada penyelewengan dalam penyaluran.

Jatah sudah habis. Dan secara nasional, pemerintah melakukan pengurangan alokasi.  Stok pupuk di gudang Jalan Pahlawan Sidikalang adalah milik produsen.  Ketika ada surat Menteri Pertanian  kepada produsen  untuk  pembagian, tentu segera ditebus.

Simatupang  menyebut,   inspeksi mendadak (sidak) Bupati, Eddy Kelleng Ate Berutu ke gudang beberapa hari lalu tidak memberi solusi. Pupuk itu tidak bisa sembarang diambil.

Idealnya, Bupati mengundang Kadis Pertanian dan distributor terlebih dahulu.

“Tak ada gunanya ribut-ribut di daerah. Kalau mau alokasi ditambah, gedor Menteri Pertanian dan DPR” ujar Simatupang.

Staf Perwakilan Daerah Penjualan Sumut 1 PT Petrokimia Gresik, Arjuna menerangkan,   jatah sudah ditebus 100  persen per 26 September 2019. Timbunan di giudang adalah milik produsen.

Sekretaris Daerah, Sebastianus Tinambunan belum memberi respons terkait upaya yang sudah dilakukan pemerintah kabupaten. Pesan elektronik belum dibalas.(D01)

 

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.