Kecamatan Tanah Pinem Dianaktirikan Soal Pembangunan
Dairinews.co-Sidikalang
Anggota DPRD Kabupaten Dairi Sumatera Utaraa, Carles Tamba, Senin (07/10/2019) mengatakan, Kecamatan Tanah Pinem dianaktirikan dalam pembangunan. Alokasi anggaran mengacu rancangan APBD 2020 sangat minim.
Carles menandaskan, kecewa melihat alokasi yang dipandang jauh dari kebutuhan. Bupati, Eddy Kelleng Ate Berutu bkurang menunjukkan kepedulian. Infrastruktur di 19 desa di wilayah itu banyak rusak. Bahkan, jalan menghubungkan Desa Renun-simpang Mangan Molih-Lau Njuhar-Liang Jering hingga Alur Subur masih berupa tanah.
Desa Alur Subur tak memperoleh proyek. Nihil, kata legislator dari partai Golkar itu. Dia mengaku heran tentang logika berikir onum eksekutif. Desa di sana adalah sentra pertanian khususnya jagung, kemiri, durian, kakao, pinang dan cabe. Namun, nurani kurang dibuka.
Pembiaran itu akan membuat petani tetap miskin. Pemasaran hasil produksi berat di ongkos.
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Frianto Naibaho menerangkan, pembenahan jalan akan dilakukan sepanjang 2,5 kilometer berbiaya Rp1,5 milliar.
Ruas itu adalah pengaspalan menghubungkan Simpang Mangan Molih-batas Karo sepanjang 0,5 kilometer, pemeliharaan ruas simpang Pamah-Lau Paski sepanjang 1 kilometer, simpang Lau Paski-Mangan Molih 0,5 kilometer serta simpang Namo Sanggar-Lau Njuhar 0,5 kilometer. Tidak ada pembangunan jembatan.
Selain Dinas PU, kata Frianto, Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) akan melakukan perbaikan di titik longsor sehingga transportasi bisa normal.
Sebelumnya, Kepala Desa Lau Juhar, Arjuna Maha mengutarakan, jalan menghubungkan Renun hingga Alur Subur masih tanah. Mereka belanja kebutuhan pokok dan penjualan hasil tani ke Pasar Lau Baleng Kabupaten Karo. Ongkor Rp50 ribu per orang sekali jalan. Jenis tumpangan mobil hardtp bak terbuka.
Kepala Desa Alur Subur, Hotdiana Girsang memaparkan, mereka menempuh jarak 40 kilometer ke Pasar Lau Baleng selama 8 jam sekali jalan. Terkadang menginap di tengah jalan bila hujan mengguyur.
Untuk keluar desa, mesti melewati sungai beraliran deras. Sebab, tidak ada jembatan di salah satu lokasi dekat perkampungan
Desa Alur Subur tertinggal di semua bidang, kata Hotdiana. SD negeri juga belum tersedia. Anak-anak mengikuti proses belajar mengajar sistem jarak jauh. Bila ujian nasional (UN) tiba, si buah hati harus menginap di Desa Renun. (D01)