Briptu Simanjuntak Sewa Kapal Salurkan Donasi ke Tuna Netra
Dairinews.co-Sidikalang
Anggota Pos Polisi Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi Sumatera Utara, Briptu Andi Prima Simanjuntak (37) merogoh saku guna meringankan beban keluarga miskin di Dusun Sitiotio Desa Silalahi , Kamis (18/3/2021).
Permukiman terpencil itu berada di tepi Danau Toba. tetapi, hanya bisa dijangkau naik kapal atau perahu bermesin dengan jarak tempuh 45 menit dari kantor kepala desa.
Prima menyebut, membayar sewa alat transportasi Rp500 ribu pergi pulang. Dia membawa bantuan bahan pangan berupa beras, minyak goreng, gula dan mie instan buat 9 keluarga.
Pemuda ini menyebut, keinginan berkunjung dimulai ketika dia duduk sembari istirahat di jalan menuju Silalahi di Lae Pondom. Pandangannya tergerak ke arah Sitio-tio. Memang perkampungan itu tak bisa dilihat tetapi hatinya menoreh jauh ke arah pelosok tersebut.
Prima menyebut, menceritakan perasaannya kepada istri, Maria boru Silalahi. Lewat pembicaraan di rumah, sang istri menerangkan, itu juga bagian dari kampung halaman mereka.
Pergilah ke sana…Sapa sanak famili kita. Angka tulang, nantulang, haha anggi dohot ompung do na di huta i” kata Prima mengulangi diskusi mereka.
Prima mengatakan, iba melihat realitas hidup di Sitio-tio. Daerah tertinggal dihuni sekitar 36 KK itu tanpa penerangan listrik. Bangunan rumah sangat sederhana. Anak-anak menimba ilmu ke SD Binangara Kabupaten Samosir berjarak 1,5 kilometer.
Yang sangat memilukan, kata Prima, dia menemukan 2 kakak beradik mendera tuna netra permanen. Keduanya atas nama Fransikus Pintubatu dan Ros Pintubatu. Orangtuanya pergi pagi dan pulang petang dari ladang. Selain itu, Prima juga menemukan seorang anak menderita kepala membesar mrip hidrosepalus.
“Saya hanya bisa memberi untuk 9 KK. Mudah-mudahan teman dan dermawan mau menyisihkan rejeki” kata Prima. Ditambahkan, pimpinannya, Kapolres AKBP Ferio Sano Ginting memberi pesab khusus kepada aggota, agar senantiasa peduli pada lingkungan.
Diutarakan, pandemi covid yang mendera 1 tahun membuat perekonomian penduduk kian sulit. Warga kerap tidak ‘maronan’ (pesara) hari Kamis karena ketiadaan ‘hepeng’.