Ini Celah Manipulasi Absensi Pegawai di Pakpak Bharat
Dairinews.co-Sidikalang
Teknologi pengecek sekaligus pengisian daftar hadir atau disebut finger print dipakai Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara punya celah penyimpangan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Aryanto Tinambunan di ruang kerja di Salak, Jumat (3/12/2021) membenarkan kelemahan sistem dimaksud.
Dijelaskan, pola finger print dimulai di era Bupati Remigo Yolando Berutu. Menurutnya, keberhasilan membikin perangkat itu membuatnya dekat kepada Remigo.
Diutarakan, finger print yang mereka pakai belum pada tingkat face recognition sisyem (sistem pengenalan wajah). Kalau menerapkan face recognition, begitu wajah tidak sesuai, sistem langsung menolak.
Diutarakan, pengisian daftar hadir finger print bisa dilakukan dengan 2 alat. Yakni memakai sarana yang tersedia di kantor, atau mempergunakan android. Kalau pakai android, yang bersangkutan harus berada di kantor pada titik tertentu.
Setiap personel memiliki user name dan password tersendiri. Namun, kata kunci tersebut bisa diberi dan dipakai ke orang lain untuk mengisi absensi.
Sistem finger print tidak menolak gambar siapapun yang dimasukkan di ponsel. Walau yang bersangkutan memakai foto lama atau gambar apapun, sistem tidak menolak, kata Aryanto.
Seorang ASN di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan mengatakan, sistem finger print tak ubahnya kayak kartu ATM. Kalau kode PIN diberi ke orang lain, siapapun bisa memakainya.
Diakui, kalau user name dan pasword diserahkan ke orang lain, bisa saja absensinya diisi orang lain. Namun, perempuan itu memilih pergi karena takut ditanya lebih lanjut.
Sekretaris Dinas Perpustakaan, Tages Purba belum bisa diminta tanggapan. Menurut staf, Tages tidak masuk. Kasubbag Umum, Hery Berutu sedang di ruang ULP (Unit Layanan Pengadaan).
Kabarnya, Bupati Franc Tumanggor kini membangun komitmen peningkatan kinerja yang dimulai dari kesadaran setiap aparatur bahwa gaji yang diterima bersumber dari uang rakyat. Makanya, Franch terkadang marah ketika melihat staf duduk minum kopi di warung di saat jam kerja. Selain itu, pemuda ini melakukan pendekatan ke level warga.
“Saya sering temui petani pagi hari agar tidak lagi di warung. Ada waktunya istirahat dan mesti maksimal bekerja demi masa depan anak” ujar Franc belum lama ini. (D01)