Proyek Drainase di Jalan Sisingamangaraja ‘Bunting’

Dairinews-Sisingamangaraja Bawah

Proyek pembangunan drainase berbiaya Rp900 juta lebih di Jalan Sisingamangaraja Bawah Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara  memunculkan kesan ‘geli’.  Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang tampak tertawa ketika  substansi tersebut dikonfirmasi,  Kamis (29/9/2016).

“Yah memang bunting.  Begitulah adanya. Ukuran di hulu dan hilir lebih sempit   dibanding di tengah yang sedang dikerjakan. Hah hah.hah…” kata Maruli Berasa sambil sesekali mengisap rokok. Birokrat ini menyebut. Hal itu  lebih baik. Lebih mantapah, ujarnya. Desain dibikin Dinas Cipta Karya  atau tanpa peran konsultan. Tengok kalianlah nanti, 15 atau  20 tahun ke depan pasti lebih bagus.

Disebutkan, lebar saluran proyek berukuran 1 meter lebih. Sedang di atas dan di bawah berupa bangunan lama  kurang dari 1 meter. Di hilir, tidak mungkin dibongkar lantaran merupakan proyek tahun 2014.

Dijelaskan, kegiatan dimaksud bertitel  Rehabilitasi Pembangunan Parit  Semen. Panjang saluran 300 meter lebih.  Tujuan utama adalah penataan kota. Di atas parit, nanti dibikin pedesterian atau penutup sehingga pejalan kaki lebih nyaman. Ditanya apakah  kawasan itu ramai oleh pejalan kaki,  dia tak menjawab lebih jauh.

Diakui, seyogianya,  proyek dialokasikan di sebelah kiri arah Tigalingga. Belakangan, penduduk menolak lalu dipindah ke seberang. Ditanya apakah  proyek itu  merupakan skala prioritas bagi masyarakat, tanya sama kepala dinaslah, kata Maruli. Dia juga tidak tahu apakah ada usulan masyarakat lewat musyawarah kelurahan sebelumnya.

Wakil Ketua DPRD, Benpa Hisar Nababan menyebut, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang perlu dikritisi. Legislator dari PDIP ini  mengatan, anak kecilpun tahu bagaimana  idealnya sebuah saluran. Siswa SD manapun ditanya, pasti jawabnya,  ukuran di hilir harus lebih besar dibanding hulu supaya tidak banjir.

Drainase dibangun adalah untuk mengurangi masalah.  Realitasnya, kawasan itu tidak pernah banjir lantaran bentuk permukaan tanah landai. Model konstruksi tersebut bakal jadi bahan tertawaan. Mungkin, hanya di Dairi ada saluran berprofil bunting. Jadi, bunting tak hanya dikenal dalam mahkluk hidup.

“Bondar pe nungnga boi butting. Memang, sai na adong do na geok di bahen  kepala dinas on. Hape namaila dohot do tuan na” kata Benpa.  Kondisi itu merupakan parameter sejauhmana kelayakan  seseorang menjadi pejabat struktural apalagi pengelola anggaran. Kayaknya, lebih hebat par tukkang huta-huta mambahen gambar .

Benpa menandaskan,  jalur dimaksud adalah ruas jalan nasional di bawah tanggung jawab Kementerian PUPR.  Kok diambil alih pemerintah daerah. Banyak jalan rusak, kenapa tidak disentuh.

Sai songon na lobian hepeng. Sai songon na hurang ulaon. Padahal, warga di berbagai desa sangat mendambakan  sentuhan pembangunan. Penduduk di Desa Sukadame, Sinar Pasi, Alur Subur, Liang Jering Kecamatan Tanah Pinem  tak kunjung menikmati jalan aspal  kendati  71 tahun Indonesia merdeka. Listrik juga belum masuk.  Di Sidikalang saja banyak jalan hancur. Yang bagus dibongkar habis sementara skala prioritas ditinggalkan. (D01)

 

 

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.