Uang Ambulance Puskesmas Tigalingga Sering Dikeluhkan
Dairinews.co-Tigalingga
M Ali Pasaribu penduduk Buluh Rintang Desa Juma Gerat Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Sumatera Utara mempertanyakan nilai kemanusiaan dan kebijakan pengelola Puskesmas Tigalingga.
Diutarakan, saat Sadikin Soleh Pasaribu (1,5) putra dari keluarga Elias Pasaribu/ Nurhayati Ujung dalam kondisi kritis, petugas piket Puskesmas justru lebih mementingkan uang ketimbang menyelamatkan jiwa pasien. Kala Sadikin hendak diobati di sana, petugas justru meminta mereka menyediakan uang ambulance Rp550 ribu guna dirujuk ke RSU Sidikalang.
Pihaknya terpaksa melarikan Sadikin naik sepeda motor. Dalam perjalanan, dia mendapat bantuan dari teman yang merelakan mobil buat tumpangan. Dia memilih memnbawa sendiri bayi itu lantaran selama 20 menit di Puskesmas, tak diberi obat apapaun. Hanya disuruh buka mulut lalu dimerengkan. Bayi akhirnya meninggal dunia.
Terpisah, Salomo Ginting (50) penduduk Desa Sarintonu mengungkap, sudah sering mendengar keluhan warga terkait uang ambulance.
“Bukan hanya sering mendengar. Sudah sering-sering oknum di sana minta uang ambulance” tandas Ginting. Dia berharap, pimpinan di tingkat lebih tinggi menaruh atensi mengingat unit layanan itu berhubungan dengan keselamatan jiwa.
Diperoleh kabar, penegak hukum nyaris jadi korban ‘olah’ oknum petugas Puskesmas. Itu terjadi tahun 2017 bersamaan penemuan mayat pemuda di Lae Renun Desa Sipoltong. Bersamaan itu, penegak hukum itu minta bantuan agar disediakan ambulance. Aparatur ini merogoh saku sendiri memberi Rp200 ribu untuk bahan bakar minyak (BBM) da Rp100 ribu untuk sopir.
“Eee.. besoknya, si sopir datang jumpai aku. Dia bilang, tambah lagi Rp200 ribu. Itu sesuai arahan atasan sopir” ungkap aparatur negara ini.
Penuh kekesalan, permintaan tambahan Rp200 ribu dipenuhi. Uang itu diberi ke sopir berikut kwitansi dan materai. Aparatur ini meminta sopir, bahwa atasan harus bikin tanda tangan penerimaan.
Entah kenapa, uang Rp200 ribu itu terakhirnya dikembalikan.
Kepala Subbagian Tata Usaha, Herlina Situmeang mengaku tidak tahu menahu tentang pengenaan uang ambulance. Kepala Puskesmas dr Evimayanti Ginting tak pernah menunjukkan Perda sebagai payung hukum.
“Kalau uang ambulance, tanya langsung ke Kapus,lah” kata Herlina, sembari menyebut atasannya sedang di lapangan. Ditambahkan, UPT ini memiliki 2 ambulance dalam kondisi baik. Dia juga tak tahu berapa anggaran per tahun kantor pelayan publik tersebut. (D01)