Ual Sagala Menangis Ratapi 4 Anaknya Lumpuh
# Tak Dapat Bedah Rumah
Dairinews.co-Parbuluan
Ual Sagala (50) penduduk Barisan Pisang Dusun Huta Buntul Desa Lae Hole Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Sumatera Utara, Minggu (9/2/2020) mengatakan, sering menangis di ladang dan kala menyendiri.
Ketika kerja dan istirahat, dia selalu teringat 4 putranya lumpuh, tak mampu duduk dan berdiri. Keempatnya juga belum bisa bicara.
“Torus sulangan mangan leanon minum. Dang tardok songon dia lungun na” keluh Ual ditemui di kediamannya.
Ual tidak tahu jenis penyakit yang menyerang si buah hati. Ketika dalam kandungan, istrinya, Nurlina boru Sitorus (45) selalu kontrol dan membawa bayi inmunisasi dan diberi susu.
“Sudah 21 tahun kami kami merawat. Tak bisa lagi kemana-mana. Uang banyak habis tetapi tak kunjung ada perkembangan” kata Ual.
Dijelaskan, 4 anak penyandang disabilitas dimaksud adalah Sehat Mora Andreas (21), Maju Jusuf Sagala (19), Jogi Samuel Sagala (17) dan Narta Wijaya Sagala (7). Dari 5 si buah hati, hanya Riana Ayerki Sagala tumbuh mormal, kini duduk di bangku SD kelas 3.
Nurlina menyebut, sesungguhnya dia berusaha mengobati dengan biaya sendiri. Menyusul usia yang kian tua serta tenaga mulai berkurang, dia mendamba uluran pemerintah dan donatur.
“Awalnya, saya siap. Ini adalah bagian perjuangan hidup yang diberi Tuhan” kata Nurlina. Ke ladang dan jualan dilakukan demi uang untuk anak. Belakangan ini, energinya berkurang. Padahal biaya pampers (pembalut) saja Rp40 ribu per hari.
2 anaknya sempat dirujuk ke RSU Adam Malik. Dia kecewa, lantaran tim medis tak memberi diagnosa. Merekapun memilih pulang. Dari mana biaya hidup sementara 2 anaknya juga kondisi serupa di kampung.
BEDAH RUMAH
Nurlina mengungkap, mulai gerah menengok bantuan sosial dari pemerintah terkesan diskriminasi. Diutarakan, di dinding rumah diajang tulisan bahwa keluarganya sangat miskin.
Namun realitasnya, mereka tidak masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Riana tidak memperoleh Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Dari 4 penyandang disabilitas, hanya 1 orang memperoleh bantuan dari Kementerian Sosial, itupun terkesan tidak jelas. Mengapa? Kabarnya Rp300 ribu per bulan namun, tahun 2019, Nurlina hanya menerima Rp400 ribu bulan Juli dan Rp600 ribu bulan Agustus. Sebaliknya tahun 2017 dan 2018, berjalan lancar.
Dibenarkan, mereka memperoleh Rastra. Hanya saja, merasa pilu ketika keluarga lain menerima kegiatan bedah rumah, dan rumah tangga ini tak kunjung kebagian.
“Dimana keseleonya ini? Rumah kami distempel keluarga miskin tetapi bedah rumah dan hak disabilitas terabaikan. Padahal, petugas bolak-balik mengambil foto dan minta KK dan KTP” ujar Nurlina.
Diterangkan, Camat Rafael Siringo-ringo dan tim, Kasat Binmas Polres Dairi AKP Sintong Simanjuntak telah berkunjung memberi pencerahan dan menyalurkan bantuan, Sabtu (8/2/2020)
Rafael menyebut, berusaha agar berbagai donasi sosial segera terealisasi, termasuk bedah rumah dan KIP
“Sungguh memprihatinkan. Langit-langit rumah pakai karung dan kertas karton. 4 anak dimaksud tergeletak bersamaan di tikar” kata Rafael.
Cobaan hidup keluarga Ual Sagala sangat berat. Rap mangurupi ma hita, pinta Rafael. Pemerintah kecamatan siap memfasiitasi kaum peduli. (D01)