40 Persen Sawah di Lae Parira Dialihkan
Dairinews-Lae Parira
Areal persawahan di Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Sumatera Utara kian hari menunjukkan realitas perubahan fungsi. Penduduk memanfaatkan lahan buat budidaya jagung, cabe, sayur mayur hingga permukiman. Konversi ke pertanaman jagung dinilai lebih besar.
Demikian disampaikan Camat, Rusmida Situmorang kepada wartawan di Sidikalang, Kamis (22/9/2016). Pengambilan keputusan terutama mempertimbangkan aspek ekonomi. Merawat pasdi sawah dirasa repot dan melelehkan. Tahapan terlalu banyak serta boros biaya dan energi.
Mulai dari panaburan benih, penanaman, pemupukan, penyiangan 2 kali, panen atau sabit.
“Molo sanga mamuro sabulan, baaaah saik loja. Torus manggora jala manaon udan dohot las ni ari. Sogot dope ari, ingkon hatop borhat tu hauma. Unjolo ma dongan pangula sian amporik. Sosundat, adong muse do amporik na jugul. Ima si birong ulu. Molo dang pina jonok, dang olo laho. Sipata, jam pitu bongin ma mulak tu jabu” kata Rusmida.
Sebaliknya, mengusahakan jagung jauh lebih ringan. Teknologi pertanian sangat meringankan kerja. Bahkan, petani sering menerapkan sistem tanpa olah tanah. Untungnya lebih baik. Jaminan harga di atas Rp3000 sesuai keputusan pemerintah diyakini lebih menggiurkan masyarakat.
Ditambahkan, produksi padi sawah di wilayahnya bervariasi antara 25 sampai 30 kaleng per rante (20×20 meter). Sedang jagung hibrida 7,5 ton per hektar. Luas lahan sawah sekitar 2000 hektar dan 40 persen diantaranya telah diganti.
Keteratasan kontinuitas air irigasi turut menjadi penyebab alih fungsi. Di sisi lain, ketika ada proyek pembangunan irigasi, tentu warga bikin alternatif. Harga lahan juga melambung. Di dekat jalan aspal di atas Rp600 juta per hektar. (D01)