Kehadiran Universitas Dirindukan Masyarakat
Dairinews-Sidikalang
Yayasan Dairi Saroha (Yadas) berencana mendirikan perguruan tinggi berkualitas, Universitas Dairi. Dengan demikian pemerataan pendidikan bisa diwujudkan. Pemuda dari keluarga berpenghasilan terbatas bisa mengecap pendidikan tinggi disertai kemampuan daya saing.
Terkadang, perkuliahan seorang anak berat di biaya makan dan transportasi. Kalau di Sidikalang ada universitas, masyarakat punya kesempatan besar meningkatkan kapasitas dan kompetensi. Penduduk di kabupaten tetangga, berpotensi menjadi calon mahasiswa.
Demikian disampaikan Ketua Yadas, Ir Togam Gultom kepada Bupati Kabupaten Dairi Sumatera Utara KRA Johnny Sitohang Adinegoro di Sidikalang, Senin (3/10/2016). Kala itu, Togam didampingi beberapa pengurus yang juga tokoh diantaranya mantan Duta Besar RI untuk Prancis Aldian Silalahi, Service Manager PT Capella Medan Oberlin Sihombing dan Ketua Yayasan SMK Maranatha Ojak Lumban Gaol. Dia juga memaparkan sekilas missi organisasi, yakni berbuat untuk kampung halaman.
“Itu target jangka panjang. Nantinya, Yadas akan mendirian lembaga pendidikan mengelola PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK” kata Togam.
Saya bukan tidak mendukung rencana pendirian perguruan tinggi. Hanya saja, sekarang belum saatnya. Masyarakat masih perjuangan perut, belum mengisi otak, kata Sitohang merespons penjelasan Togam. Kalau 5 tahun mendatang, bolehlah.
Sitohang khawatir, nasibnya bakal serupa dengan Universitas Simalungun dan Universitas Karo. Kalau dia sudah punya uang, apa mau bikin anaknya kuliah di situ? Trendnya, lebih memilih kuliah di Jawa. Sitohang menyebut, dirinya lebih menyetujui pendirian SMK. Begitu tamat, bisa cari kerja. Di era kepemimpinannya, sudah 8 sekolah kejuruan diresmikan.
Seorang guru menyebut, kehadiran universitas merupakan solusi bagi kalangan ekonomi pas-pasan. Tidak perlu banyak uang makan dan biaya transportasi minim. Buktinya, ketiga perguruan tinggi swasta dibuka tahun lalu, jumlah mahasiswa membludak. Bahkan, kelas malam juga disediakan untuk menjawab animo warga. Persoalan kala itu adalah perijinan. Ternyata, kegiatan dimaksud masuk ketegori kelas jauh sehingga ditutup Kopertis.
“Andigan be dongan na pogos boi gabe sarjana molo so adong kampus di huta on? Sambil kuliah, boi marladang manang martiga-tiga. Molo ingkon tu kota, sian dia hepeng ni natua-ta na?” ujar seorang guru. Harusnya, Pemkab Dairi belajar pada ide pendidikan yang ditancapkan Luhut Binsar Panjaitan dan TB Silalahi. Sekolah di desa justru jadi incaran putra terbaik bangsa. Sekolah Tinggi Dell, walau berada di desa, kualitasnya setara ITB. Begitu tamat langsung kerja di perusahaan ternama. Begitu juga SMA Soposurung, berhasil menempa generasi handal dan berdedikasi.
“Molo dietong, piga milliara na sabulan kaluar hepeng sian Dairi on holan tu uang kuliah, mangan dohot ongkos na?” kata guru
Anggota Komisi 3 DPR RI fraksi PDIP, DR Junimart Girsang menyebut, telah menyediakan lahan bagi pendirian Universitas Dairi di Lae Gerat Kelurahan Panji Dabutar Kecamatan Sitinjo. Menurutnya, daerah ini layak dijadikan satelit pendidikan mengingat sejumlah tokoh nasional hingga pakar bom atom lahir dari kampung halaman sentra kopi ini.
Kuncinya, harus mengedepankan kualitas. Kalau bermutu, pemuda seantero Nusantara akan berkompetisi di Dairi. Anggaran dari kementerian bakal mengucur ke daerah. Begitu juga uang dari kota lainnya, berputar di sini. Ingkon dibalik do cara marpikiir. Di era Jokowi, pembangunan dikonsentrasikan di desa. Ini momen strategis, kata Junimart. (D01)