Tulus Sihombing: “Sae Ma Holan Au Gabe Korban RSU Sidikalang”
Dairinews.co-Sidikalang
Tulus Sihombing ditemui di kediaman di Desa Lumbantoruan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Sumatera Utara, Kamis (19/04/2018) mengatakan, pasrah atas kepergian sang istri, Ramayana Sidauruk (38). Dia menegaskan, bahwa kematian parsonduk bolon tak lepas dari kekosongan dokter spesialis dan ambulans.
“Na jelas, dang adong dokter spesialis dohot ambulans ditingki hami sahat tu RSU” kata Tulus didampingi ibu kandung, Piuba boru Hombing. Menyusul wafatnya sang istri akibat penelantaran RSU, 2 anaknya kini berstatus yatim.
Diutarakan, dirinya tidak bermaksud membawa kasus itu ke ranah hukum. Bagaimanapun anaknya lebih butuh kasih sayang sementara sebagai ayah, tentu wajib memenuhi kebutuhan hidup. Dia mendesak, pihak RSU memperbaiki kualitas layanan. Perawat harus ramah dan dokter hadir setiap saat.
“Sae ma holan au gabe korban RSU Sidikalang on. Unang be adong di oudian ni ari” kata Tulus. Menyusul mengemukanya kasus, dibenarkan, Direktur RSU, Henri Manik dan staf sudah datang guna menyampaikan ucapan turut belasungkawa. Henri mengakui kesalahan. Beberapa saat kemudian, petugas dari propinsi juga turun.
Dia menentang keras bila disebut, istrinya tiba dalam kondisi kurang baik. Tidak betul itu! Menurutnya, Ramayana sehat dan jalan kaki kala turun dari mobil tumpangan menuju kamar perawatan. Keberangkatan dilatarbelakangi lantaran jumlah perawat di kampung hanya 1 orang. Peraturan minimal 3 orang.
Sehubungan itu, Ramayana dibawa untuk menjalani persalinan. Memang sudah waktunya melahirkan. Namun, saat tiba, dokter spesialis kosong. Infus dan ogsigen diberi perawat. Tak lama berselang, perawat menawarkan dirujuk tetapi ambulans juga kosong. Tulus menyetujui rujukan, lalu diminta mencari ambulans. Ketika menuju keluarga di jalan Batu Kapur, Poibe menelepon, istrinya sudah meninggal.
“Unang pola lului be. Nungnga monding be” kata Poibe mengulangi pembicaraan.
Sebagaimana disiarkan, Henry membenarkan, dokter spesialis memang kosong. Kematian itu punya hubungan dengan ketiadaan tenaga tersebut.
Lembaga ini memiliki 2 ahli kebidanan. Yakni Bonar Sinaga dan Saut Simanjuntak. Menurutnya, spesialis tidak harus berada di tempat. Konsultasi bisa melalui telepon.
Bonar mengatakan, kala itu, dia berada di Medan. Keluaga saya, kan di Medan? Kalau meluncur, dipandang terlalu lama. Mendingan dirujuk ke Kabanjahe.
Peristiwa kematian ini membuat Dairi ‘populer’- menjadi perbincangan hingga level nasional. Sebastianus menyebut dia telepon wartawan The Jakarta Post untuk minta konfirmasi. (D01)